Kicaunya yang merdu meninggi dan panjang yang kemudian merendah, diimbangi gerakak kepala ke kanan--ke kiri, ke atas dan ke bawah membuat para penggemar berlomba-lomba untuk memilikinya. Gerakan kepala itu mereka sebut teler. Gerakan itu dianggap bak seorang pemabuk. Para penggemar burung kicauan rela merogoh kocek dalam-dalam demi burung ini. Semakin bagus dan semakin lama burung itu mampu bertahan berkicau, ditambah semakin teler gerakannya, maka semakin mahal harga burung itu. Apalagi kalau burung tersebut sudah pernah memperoleh gelar juara dalam suatu kontes burung kicauan, maka harganya akan melambung tidak masuk akal. Harga normal burung yang sudah pandai berkicau dan teler berkisar antara Rp 1.000.000,- sampai sekitar Rp 1.500.000,-. Seorang penggemar yang juga setengah pedagang beberapa hari yang lalu menjual dua ekor burung jenis ini seharga Rp 2.600.000,-. Suatu harga yang tinggi menurut ukuran penulis. Sedangkan untuk seekor anakan yang baru mulai bisa makan sendiri dengan umur sekitar satu bulan dihargai Rp 750.000,-.
Itulah tingginya gengsi burung yang oleh sebagian besar masyarakat Jawa Timur disebut punglor. Sedangkan di Jawa Barat dan beberapa tempat yang lain sering disebut sebagai anis. Gambar yang tertera di atas dinamai punglor (anis) merah karena bulu kepala dan bulu bagian depan berwarna kemerahan (tepatnya: coklat). Sedang bulu punggungnya didominasi warna hitam dan bulatan yang berwarna lebih hitam. Untuk bulu sayapnya berwarna hitam dengan sedikit warna putih pada tekukan sayap. Ada sebagian masyarakat yang menyebut punglor (anis) merah ini dengan punglor bata, karena warnar utamanya mirip warna bata (batu merah).
Sebenarnya ada beberapa varietas dari jenis burung punglor ini. Varietas lain tersebut di antaranya punglor jali. Punglor jali ini ada juga yang menyebut dengan anis kembang. Ada pula punglor macan, punglor kopi, punglor mandarin, dan punglor cendana. Punglor jali atau anis kembang, bagian kepalanya berwarna coklat tua, punggung hitam, dan bagian depan (dada) berwarna putih bertotol-totol hitam. Warna punglor macan hampir mirip dengan punglor jali atau anis kembang. Bedanya, bercak-bercak hitam pada dadanya lebih besar. Ukuran badannya pun lebih besar. Punglor kopi berwarna utama hitam dengan di beberapa tempat berbulu putih. Menurut penuturan, punglor kopi ini dulu banyak ditemukan di sekitar perkebunan kopi. Sedang untuk punglor mandari didominasi warna coklat. Adapun untuk punglor cendana, warna bulu utamanya adalah coklat cerah dengan beberapa variasi putih.
Daerah persebaran burung ini hampir merata di wilayah Indonesia bagian Barat dan Nusa Tenggara, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, dan beberapa pulau di Nusa Tenggara. Di habitatnya, burung-burung tersebut hidup dan bersarang di pohon-pohon tinggi. Mereka memakan berbagai macam serangga dan ulat. Tidak jarang mereka pun turun ke permukaan tanah yang lembab atau becek untuk mencari cacing. Umumnya burung-burung tersebut bertelur antara dua sampai tiga butir. Saat ini, burung punglong yang hidup di alam liar semakin langka. Kicauannya di tengah rimba sudah jarang terdengar. Terlebih di pulau Jawa. Pemangsa tingkat kedua dalam rantai makanan ini kehidupannya semakin terancam oleh para pemburu, walau saat ini sudah ada pihak yang sudah berhasil menangkarkannya. Para pengangkar itu umumnya menangkarkan punglor merah dan punglor jali atau anis kembang yang secara ekonomis memang paling mahal harganya, di samping paling mudah mendapatkannya. Para penangkar punglor kabarnya berada di Bali, Solo, Malang, dan Jakarta. Semoga hasil tangkarannya ada yang dilepasliarkan di habitat aslinya sehingga keseimbangan ekosistem itu dapat terjaga.
Senin, 25 April 2011
Jumat, 22 April 2011
Yarosit, Yospit, Angkik, dan Kalsedon
Gambar yang terpampang pada posting ini merupakan dokumentasi pribadi dari paket mineral industri kiriman Kementerian Pendidikan Nasional yang dahulu disebut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Paket mineral industri tersebut tersusun rapi dalam kotak plastik dengan selembar kertas yang berisi nama-nama mineral sesuai nomor urutnya beserta tempat ditemukannya mineral tersebut. selebihnya tidak ada. Mungkin ada buku petunjuk tentang identitas mineral atau bahan galian tersebut, namun penulis tidak mengetahuinya. Jelasnya, kemudian penulis mencari informasi tentang mineral-mineral dan/atau bahan galian tersebut pada buku-buku dan internet. Hampir semuanya diketemukan yang kemudian ditulis dalam bentuk presentasi dan di-posting-kan dalam wwwnuansamasel.blogspot.com, kecuali ada empat yang belum sempat penulis temukan. Empat mineral dan/atau bahan galian tersebut adalah yarosit, yospit, angkik, dan kalsedon. Penulis juga tidak berani memastikan bahwa nama-nama tersebut termasuk mineral atau bukan mineral. Yang jelas keempatnya merupakan bahan galian. Gambar dari keempat mineral dan/atau bahan galian tersebut adalah:
1. Yarosit
Menurut keterangan dalam lembaran paket kiriman tersebut, yarosit ditemukan di Ciater, Bogor. Sepengetahuan penulis, Ciater merupakan salah satu tempat di Indonesia yang merupakan tempat munculnya gejala pasca vulkanismus, yakni sumber air mineral. Sumber air mineral tersebut mengandung belerang atau gas karbon dioksida. Pertanyaannya, apakah yarosit ini merupakan mineral hidrothermal? Kelihatannya begitu. Untuk memperoleh kepastian tentang mineral tersebut, maka jika di antara pembaca ada yang ahli mineral, penulis mohon kesediaannya untuk memberikan sumbangsihnya. Juga mineral dan/atau bahan galian lainnya di bawah ini. Informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan susunan kimia, ciri-ciri fisik, ada tidaknya tingkat toksisitasnya, terdapatnya di alam, daerah persebaran di muka Bumi, serta manfaatnya bagi kehidupan manusia.
2. Yospit
Satu-satunya informasi yang saya peroleh tentang yospit ini adalah tempat ditemukannya, yakni Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
3. Angkik
Sama halnya yospit, mineral/bahan galian yang bernama angkik ini juga ditemukan di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.
4. Kalsedon
Mineral yang berwarna merah kecoklatan (merah hati) terbalut warna putih ini menurut lembar keterangan dari Kementerian Pendidikan Nasional terdapat di Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur.
Perlu pembaca ketahui bahwa posting ini berkaitan dengan matapelajaran Geografi dan Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian. Untuk matapelajaran Geografi, posting tersebut diberikan kepada siswa SMA kelas XI/IPS, semester 1 (namun banyak sekolah yg memberikannya di semester 2) dengan standar kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, kompetensi dasar: 2.2 mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam dengan materi pembelajaran: potensi sumberdaya alam Indonesia dan persebarannya, khususnya pada submateri sumberdaya alam mineral. Berkaitan pula dengan standar kompetensi: 3. menganalisis unsur-unsur geosfer, kompetensi dasar: menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan lithosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka Bumi, materi pembelajaran: lithosfer, submateri struktur lapisan kulit Bumi--batuan-batuan penyusun kulit Bumi untuk siswa SMA kelas X semester 2. Di samping itu berkaitan pulan dengan OSN bidang Kebumian pada materi bahasan: lithosfer, submateri batuan dan mineral.
1. Yarosit
Menurut keterangan dalam lembaran paket kiriman tersebut, yarosit ditemukan di Ciater, Bogor. Sepengetahuan penulis, Ciater merupakan salah satu tempat di Indonesia yang merupakan tempat munculnya gejala pasca vulkanismus, yakni sumber air mineral. Sumber air mineral tersebut mengandung belerang atau gas karbon dioksida. Pertanyaannya, apakah yarosit ini merupakan mineral hidrothermal? Kelihatannya begitu. Untuk memperoleh kepastian tentang mineral tersebut, maka jika di antara pembaca ada yang ahli mineral, penulis mohon kesediaannya untuk memberikan sumbangsihnya. Juga mineral dan/atau bahan galian lainnya di bawah ini. Informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan susunan kimia, ciri-ciri fisik, ada tidaknya tingkat toksisitasnya, terdapatnya di alam, daerah persebaran di muka Bumi, serta manfaatnya bagi kehidupan manusia.
2. Yospit
Satu-satunya informasi yang saya peroleh tentang yospit ini adalah tempat ditemukannya, yakni Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
3. Angkik
Sama halnya yospit, mineral/bahan galian yang bernama angkik ini juga ditemukan di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.
4. Kalsedon
Mineral yang berwarna merah kecoklatan (merah hati) terbalut warna putih ini menurut lembar keterangan dari Kementerian Pendidikan Nasional terdapat di Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur.
Perlu pembaca ketahui bahwa posting ini berkaitan dengan matapelajaran Geografi dan Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian. Untuk matapelajaran Geografi, posting tersebut diberikan kepada siswa SMA kelas XI/IPS, semester 1 (namun banyak sekolah yg memberikannya di semester 2) dengan standar kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, kompetensi dasar: 2.2 mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam dengan materi pembelajaran: potensi sumberdaya alam Indonesia dan persebarannya, khususnya pada submateri sumberdaya alam mineral. Berkaitan pula dengan standar kompetensi: 3. menganalisis unsur-unsur geosfer, kompetensi dasar: menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan lithosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka Bumi, materi pembelajaran: lithosfer, submateri struktur lapisan kulit Bumi--batuan-batuan penyusun kulit Bumi untuk siswa SMA kelas X semester 2. Di samping itu berkaitan pulan dengan OSN bidang Kebumian pada materi bahasan: lithosfer, submateri batuan dan mineral.
Minggu, 17 April 2011
Lubang-lubang pada Batuan Kapur
Batuan kapur (limestone) merupakan batuan sedimen. Batuan ini mayoritas terbentuk lantaran organisme laut dan sebagian kecil lantaran proses vulkanisme. Batuan ini tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3). Umumnya, batuan kapur terdapat pada daerah yang bertopografi karst.
Batuan kapur sebenarnya merupakan batuan yang kuat. Namun demikian, batuan ini sering memiliki lubang-lubang/celah-celah (diaklas) seperti yang nampak pada gambar, hingga di tempat itulah air (hujan) sering terkumpul. Air hujan tersebut ketika di atmosfer membawa serta gas karbon dioksida, sehingga inilah yang akan melapukkan batuan kapur.
Air hujan yang membawa serta gas karbon dioksida dan terkumpul dalam lubang-lubang/celah-celah kapur itulah yang kemudian menghancurkan dan melarutkan kapur. Dengan demikian proses pelapukan kimia mulai berlangsung. Dari lubang-lubang yang kecil, seiring perkembangan waktu dan intensitas curah hujan, maka pelapukan kimia itu akan menghasilkan gejala-gejala karst yang berupa gua-gua kapur dengan stalaktit dan stalagmitnya, dolina, ulava, polye, dan sungai bawah tanah (sink hole).
Batuan kapur sebenarnya merupakan batuan yang kuat. Namun demikian, batuan ini sering memiliki lubang-lubang/celah-celah (diaklas) seperti yang nampak pada gambar, hingga di tempat itulah air (hujan) sering terkumpul. Air hujan tersebut ketika di atmosfer membawa serta gas karbon dioksida, sehingga inilah yang akan melapukkan batuan kapur.
Air hujan yang membawa serta gas karbon dioksida dan terkumpul dalam lubang-lubang/celah-celah kapur itulah yang kemudian menghancurkan dan melarutkan kapur. Dengan demikian proses pelapukan kimia mulai berlangsung. Dari lubang-lubang yang kecil, seiring perkembangan waktu dan intensitas curah hujan, maka pelapukan kimia itu akan menghasilkan gejala-gejala karst yang berupa gua-gua kapur dengan stalaktit dan stalagmitnya, dolina, ulava, polye, dan sungai bawah tanah (sink hole).
Jumat, 15 April 2011
Ikan yang Diperdagangkan Di Pasar Ikan Sendangbiru
Ikan yang diperdagangkan di pasar ikan Sendangbiru dipengaruhi oleh hasil tangkapan para nelayan. Jika hasil tangkapan nelayan berlimpah, baik dalam jumlah dan jenis, maka ikan yang diperdagangkan di pasar tersebut akan selalu mengikutinya. Berbagai jenis ikan yang dijajakan dalam lapak-lapak sederhana antara lain berbagai jenis ikan tuna, tongkol, tengiri, bandeng laut, cucut, kembung, bayeman, ikan pari, dan berbagai jenis ikan lainnya. Di samping ikan, dijajakan pula cumi-cumi, gurita, dan udang laut. Umumnya dalam keadaan segar. Memang dalam jumlah terbatas masih dijumpai pula ikan asin (ikan kering).
Harga ikan di pasar ikan Sendangbiru ini relatif murah. Ikan tuna 1kg dengan jumlah ikan dua ekor dijual seharga Rp 15.000,- Ikan tongkol lebih murah lagi. Satu kilogramnya dihargai sekitar Rp 15.000,- Ikan tengiri sedikit lebih mahal. Satu kilogram ikan tengiri dijual dengan harga di atas Rp 25.000,- Sedang udang laut satu kilogramnya seharga Rp 35.000. Para pembeli ikan di tempat ini bisa juga membeli ikan yang sudah dipanggang. Ikan pindang juga tersedia.
Sedangkan ikan-ikan yang ukurannya melebihi 10kg biasanya diekspor ke berbagai negara. Di antaranya ke Jepang.
Harga ikan di pasar ikan Sendangbiru ini relatif murah. Ikan tuna 1kg dengan jumlah ikan dua ekor dijual seharga Rp 15.000,- Ikan tongkol lebih murah lagi. Satu kilogramnya dihargai sekitar Rp 15.000,- Ikan tengiri sedikit lebih mahal. Satu kilogram ikan tengiri dijual dengan harga di atas Rp 25.000,- Sedang udang laut satu kilogramnya seharga Rp 35.000. Para pembeli ikan di tempat ini bisa juga membeli ikan yang sudah dipanggang. Ikan pindang juga tersedia.
Sedangkan ikan-ikan yang ukurannya melebihi 10kg biasanya diekspor ke berbagai negara. Di antaranya ke Jepang.
Kamis, 14 April 2011
Pasar Ikan Sendangbiru
Inilah tempat satu-satunya di Kabupaten Malang yang secara resmi dijadikan sebagai tempat jual--beli ikan hasil tangkapan nelayan yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, tepatnya oleh Dinas Perikanan dan Kelautan. Nama Sendangbiru mungkin diambil dari kata sendhang tempat yang berair, dan biru. Jadi mungkin Sendangbiru mengandung arti suatu tempat yang mengandung air berwarna biru.
Memang itulah realitannya. Pasar ikan yang terletak di tepi pelabuhan alam ini berair tenang, jernih, dan membiru, serta dibentengi pulau Sempu dari samudera luas di latar depannya.
Ditinjau dari keadaan bangunannya, pasar ini terlihat masih relatif baru. Dibangun beberapa tahun yang lalu. Kumpulan kiosnya masih ada satu deret. Teratur rapi dan relatif bersih. Walaupun demikian, tempat yang sekaligus sebagai tempat pendaratan perahu-perahu nelayan ini sebagian kecil dari dermaga dan plengsengan penahan abrasi sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan.
Secara administratif pasar ikan ini berada di wilayah Kecamatan Sumbermanjing. Bukan Kecamatan Sumber Manjing Wetan. Mungkin penulis papan nama pasar tersebut tidak tahu nama kecamatan yang benar. Demikian pula cara penulisan nama tempat yang benar. Padahal aturan penulisan nama tempat di Indonesia, secara Kartografi harus bersambung.
Memang itulah realitannya. Pasar ikan yang terletak di tepi pelabuhan alam ini berair tenang, jernih, dan membiru, serta dibentengi pulau Sempu dari samudera luas di latar depannya.
Ditinjau dari keadaan bangunannya, pasar ini terlihat masih relatif baru. Dibangun beberapa tahun yang lalu. Kumpulan kiosnya masih ada satu deret. Teratur rapi dan relatif bersih. Walaupun demikian, tempat yang sekaligus sebagai tempat pendaratan perahu-perahu nelayan ini sebagian kecil dari dermaga dan plengsengan penahan abrasi sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan.
Secara administratif pasar ikan ini berada di wilayah Kecamatan Sumbermanjing. Bukan Kecamatan Sumber Manjing Wetan. Mungkin penulis papan nama pasar tersebut tidak tahu nama kecamatan yang benar. Demikian pula cara penulisan nama tempat yang benar. Padahal aturan penulisan nama tempat di Indonesia, secara Kartografi harus bersambung.
Selasa, 05 April 2011
Interaksi Manusia dengan Lingkungannya
Inilah wujud interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Dalam Geografi, gambar tersebut di atas menunjukkan adanya kaitan dengan pendekatan kelingkungan. Pendekatan kelingkungan adalah pendekatan yang mengkaji antara variabel manusia dengan lingkungannya pada suatu tempat (Bambang Nianto Mulyo dan Purwadi Suhandini, 2007:12). Manusia yang hidup di daerah yang berdekatan dengan perairan, baik perairan darat maupun perairan laut, maka manusianya akan cenderung pandai berenang, menggunakan perahu dan sejenisnya sebagai alat transportasi, dan bermatapencaharian sebagai nelayan.
Sedangkan dalam prinsip Geografi, fenomena tersebut di atas berkaitan dengan prinsip interrelasi. Prinsip interrelasi adalah prinsi yang mengungkapkan hubungan di dalam fenomena geosfer, baik antar faktor fisik dengan faktor lainnya, atau antara faktor manusia dengan manusia lainnya, maupun antara faktor fisik dengan faktor manusia. Gambar di atas jelas menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara faktor fisik (alam), yakni berupa perairan laut (laut yang dimaksud adalah teluk Sendabiru) dengan manusia yang tinggal di daerah sekitarnya. Dalam hal ini, antara fenomena yang berupa perairan (laut/teluk) mempengaruhi aktifitas manusia yang ada di daerah tersebut.
Jika dikaitkan dengan konsep Geografi, gambar tersebut juga menunjukkan adanya konsep interaksi dan interdependensi. Menurut Bambang Nianto Mulyo dan Purwadi Suhandini (2007:10) "interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi obyek atau tempat yang satu dengan yang lain". Interaksi ini bisa terjadi antara faktor/fenomena alam dengan faktor/fenomena alam lainnya, atau antara faktor/fenomena manusia dengan faktor/fenomena manusia lain, maupun antara faktor/fenomena alam dengan faktor/fenomena manusia atau sebaliknya. Dalam kasus ini faktor/fenomena alam yang berupa perairan laut (teluk Sendangbiru) mempengaruhi aktifitas dan matapencaharian penduduk di sekitarnya.
Gambar fenomena di atas juga bisa menjadi konsep keterkaitan keruangan manakala para penduduk di dekat perairan laut (teluk) Sendangbiru umumnya bermatapencaharian nelayan atau pedagang ikan, pandai berenang, dan trampil menggunakan alat transportasi air karena terkait dengan keruangannya yang berupa perairan laut (teluk) Sendangbiru. Adapun pengertian dari konsep keterkaitan keruangan adalah konsep dalam Geografi yang menunjukkan derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena yang lain di suatu tempat atau ruangan, baik yang menyangkut fenomena alam, tumbuhan, maupun sosial (Bambang Nianto Mulyo dan Purwadi Suhandini, 2007:10--11). Gejala-gejala tersebut berkaitan pula dengan gejala Geografis dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber:
- Nianto Mulyo, Bambang dan Suhandini, Purwadi. 2007. Kompetensi Dasar Geografi Jilid 1. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
- Akhwan, Nur Hasan. Tanpa Tahun. Geografi--Lembar Kerja dan Tugas Siswa Kelas Xa. Surabaya: Bintang Karya.
Sedangkan dalam prinsip Geografi, fenomena tersebut di atas berkaitan dengan prinsip interrelasi. Prinsip interrelasi adalah prinsi yang mengungkapkan hubungan di dalam fenomena geosfer, baik antar faktor fisik dengan faktor lainnya, atau antara faktor manusia dengan manusia lainnya, maupun antara faktor fisik dengan faktor manusia. Gambar di atas jelas menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara faktor fisik (alam), yakni berupa perairan laut (laut yang dimaksud adalah teluk Sendabiru) dengan manusia yang tinggal di daerah sekitarnya. Dalam hal ini, antara fenomena yang berupa perairan (laut/teluk) mempengaruhi aktifitas manusia yang ada di daerah tersebut.
Jika dikaitkan dengan konsep Geografi, gambar tersebut juga menunjukkan adanya konsep interaksi dan interdependensi. Menurut Bambang Nianto Mulyo dan Purwadi Suhandini (2007:10) "interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi obyek atau tempat yang satu dengan yang lain". Interaksi ini bisa terjadi antara faktor/fenomena alam dengan faktor/fenomena alam lainnya, atau antara faktor/fenomena manusia dengan faktor/fenomena manusia lain, maupun antara faktor/fenomena alam dengan faktor/fenomena manusia atau sebaliknya. Dalam kasus ini faktor/fenomena alam yang berupa perairan laut (teluk Sendangbiru) mempengaruhi aktifitas dan matapencaharian penduduk di sekitarnya.
Gambar fenomena di atas juga bisa menjadi konsep keterkaitan keruangan manakala para penduduk di dekat perairan laut (teluk) Sendangbiru umumnya bermatapencaharian nelayan atau pedagang ikan, pandai berenang, dan trampil menggunakan alat transportasi air karena terkait dengan keruangannya yang berupa perairan laut (teluk) Sendangbiru. Adapun pengertian dari konsep keterkaitan keruangan adalah konsep dalam Geografi yang menunjukkan derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena yang lain di suatu tempat atau ruangan, baik yang menyangkut fenomena alam, tumbuhan, maupun sosial (Bambang Nianto Mulyo dan Purwadi Suhandini, 2007:10--11). Gejala-gejala tersebut berkaitan pula dengan gejala Geografis dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber:
- Nianto Mulyo, Bambang dan Suhandini, Purwadi. 2007. Kompetensi Dasar Geografi Jilid 1. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
- Akhwan, Nur Hasan. Tanpa Tahun. Geografi--Lembar Kerja dan Tugas Siswa Kelas Xa. Surabaya: Bintang Karya.
Sabtu, 02 April 2011
Pelabuhan Sendangbiru
Pelabuhan Sendangbiru merupakan pelabuhan yang terjadi lantaran proses alam pada sebuah teluk Sendangbiru dengan latar depannya terlindungi oleh pulau Sempu. Lantaran adanya pulau Sempu itulah pelabuhan Sendangbiru menjadi relatif teduh/terlindung dari hantaman gelombang besar yang datang dari lautan bebas, yakni samudera Indonesia/samudera Hindia. Secara administratif pelabuhan Sendangbiru berada di Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang.
Sesuai dengan namanya, pelabuhan tersebut memang berair membiru dan jernih. Sejauh mata memandang, warna biru itu akan nampak mendominasi perairan tersebut yang kemudian dibatasi oleh hijaunya hutan pulau Sempu yang merimbun di seberangnya. Hijaunya vegetasi penutup perbukitan yang merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Kidul, sebagai pegunungan kapur (karst), melatarbelakang pantai ini.
Pelabuhan Sendangbiru merupakan pelabuhan yang didominir oleh perahu-perahu atau kapal-kapal nelayan. Dengan demikian pelabuhan tersebut bisa dikatakan sebagai pelabuhan perikanan yang bisa juga disebut dengan tempat pendaratan ikan. Inilah satu-satunya pelabuhan yang terkelola di Kabupaten Malang. Selebihnya tersebar secara sporadis di berbagai tempat di wilayah perairan pantai Malang Selatan yang sifatnya hanya sebagai tempat pendaratan ikan dengan jumlah nelayan dan jumlah perahu yang lebih sedikit. Ukuran perahunya pun lebih kecil. Misalnya, tempat pendaratan ikan di pantai Kondangmerak, mBanthol, dan nJonggringsaloka.
Menurut informasi, perahu yang bersandar di pelabuhan tersebut tidak hanya perahu nelayan lokal di Kabupaten Malang, tetapi juga para nelayan lain yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Mereka datang dari Madura dan dari berbagai kota di pantai utara Jawa Tengah. Di pelabuhan Sendangbiru inilah kemudian para nelayan menjual hasil tangkapannya.
Hasil tangkapan tersebut kemudian oleh para pedagang didistribusikan ke beberapa tujuan. Ikan hasil tangkapan nelayan itu ada yang dijual di pasar ikan kompleks pelabuhan tersebut, dijajakan keliling di desa-desa di daerah Malang Selatan, dikirim ke berbagai pasar di Kota Malang, bahkan ada yang diekspor. Kalau informasi dari mediamassa tentang pembangunan industri pengolahan ikan sudah terwujud, sebagian ikan hasil tangkapan nelayan tersebut diolah dahulu dan kemudian baru diekspor.
Sesuai dengan namanya, pelabuhan tersebut memang berair membiru dan jernih. Sejauh mata memandang, warna biru itu akan nampak mendominasi perairan tersebut yang kemudian dibatasi oleh hijaunya hutan pulau Sempu yang merimbun di seberangnya. Hijaunya vegetasi penutup perbukitan yang merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Kidul, sebagai pegunungan kapur (karst), melatarbelakang pantai ini.
Pelabuhan Sendangbiru merupakan pelabuhan yang didominir oleh perahu-perahu atau kapal-kapal nelayan. Dengan demikian pelabuhan tersebut bisa dikatakan sebagai pelabuhan perikanan yang bisa juga disebut dengan tempat pendaratan ikan. Inilah satu-satunya pelabuhan yang terkelola di Kabupaten Malang. Selebihnya tersebar secara sporadis di berbagai tempat di wilayah perairan pantai Malang Selatan yang sifatnya hanya sebagai tempat pendaratan ikan dengan jumlah nelayan dan jumlah perahu yang lebih sedikit. Ukuran perahunya pun lebih kecil. Misalnya, tempat pendaratan ikan di pantai Kondangmerak, mBanthol, dan nJonggringsaloka.
Menurut informasi, perahu yang bersandar di pelabuhan tersebut tidak hanya perahu nelayan lokal di Kabupaten Malang, tetapi juga para nelayan lain yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Mereka datang dari Madura dan dari berbagai kota di pantai utara Jawa Tengah. Di pelabuhan Sendangbiru inilah kemudian para nelayan menjual hasil tangkapannya.
Hasil tangkapan tersebut kemudian oleh para pedagang didistribusikan ke beberapa tujuan. Ikan hasil tangkapan nelayan itu ada yang dijual di pasar ikan kompleks pelabuhan tersebut, dijajakan keliling di desa-desa di daerah Malang Selatan, dikirim ke berbagai pasar di Kota Malang, bahkan ada yang diekspor. Kalau informasi dari mediamassa tentang pembangunan industri pengolahan ikan sudah terwujud, sebagian ikan hasil tangkapan nelayan tersebut diolah dahulu dan kemudian baru diekspor.
Langganan:
Postingan (Atom)