Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi persebaran vegetasi (juga makhluk hidup yang lain) adalah faktor beda tinggi permukaan Bumi (relief) yang kemudian mempengaruhi pola penyinaran Matahari (faktor fisiografi). Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dengan reliefnya yang kasar (rudget), sehingga memiliki flora yang beraneka-ragam. Floranya berbeda-beda menurut ketinggian tempat, mulai dari ketinggian 0m hingga ketinggian lebih dari 4.500m di atas permukaan laut. Di daerah pantai hingga ketinggian 3m (jika keadaan tanah memungkinkan) dijumpai tumbuhan bakau (mangrove). Semakin tinggi ke arah daratan, maka akan dijumpai tumbuhan palma jenis nipah, kemudian kelapa, selanjutnya hutan rimba berdaun lebar hingga ketinggian sekitar 1.200m di atas permukaan laut. Dari ketinggian tersebut, hutan akan didominasi oleh tumbuhan berdaun jarum (cemara, pinus, dsb) sampai ketinggian sekitar 3.000m. Dari ketinggian 3.000m sampai ketinggian sekitar 4.100m dijumpai padang rumput yang diselingi cemara kerdil dan semak-belukar hingga sampai batas mendekati salju digantikan oleh tumbuhan lumut.
Berikutnya dalam posting ini secara singkat hanya akan mengupas tentang tumbuhan yang hidup pada ketinggian sekitar 3m, yakni nipah. Nipah yang dimaksud adalah nipah yang tumbuh di daerah Bajulmati, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang. Nipah yang dijumpai sisi kanan dari kali Penguluran, dekat jembatan Bajulmati. Penulis tertarik mem-posting-kan nipah ini karena nipah tidak banyak ditemukan di daratan Jawa, terlebih di Malang Selatan yang pantainya cenderung berpegunungan kapur. Nipah di tempat ini dilingkupi oleh tumbuhan jati dan beberapa semak belukar. Bahkan di beberapa lokasi yang agak tinggi, masih relatif dekat dengan nipah tersebut ditemukan tumbuhan siwalan (lontar) yang identik dengan daerah minim curah hujan. Sangat karakteristik.
Populasi dari nipah yang kemudian sebut saja nipah Bajulmati ini sebenarnya relatif tidak banyak. Nipah tersebut hidup terbatas pada area kira-kira seluas 150m persegi, hidup di tepi kanan kali Penguluran menuju titik muara. Menilik dari ukurannya, tumbuhan ini umumnya merupakan tumbuhan muda. Tumbuhan yang hidup beberapa tahun terakhir ini. Berdasarkan klasifikasi tumbuhan berdasarkan kebutuhan tumbuhan terhadap air, nipah termasuk higrofit. Berdasarkan hal itu bisa dipastikan bahwa habitat nipah Bajulmati berupa daerah rawa. Rawa tersebut merupakan luberan air dari kali Penguluran ketika volume airnya meninggi. Terlebih ketika pasang naik dari pantai Bajulmati terjadi yang kemudian masuk pada lembah kali Penguluran. Perlu diketahui bahwa letak nipah ini terhadap muara hanya berkisar sekitar 300m.
Dengan adanya nipah di Bajulmati ini dapat menambah keanekaragaman hayati yang ada di daerah tersebut, khususnya. Banyak kemanfaatan yang diperoleh dari keberadaan nipah ini. Terlebih jika jalan raya Lintas Selatan nanti sudah selesai dan menjadi jalur transportasi yang ramai di Jawa bagian selatan. Menurut satu sumber, bahwa hutan mangrove (termasuk nipah) dapat menetralisir gas karbon hingga sebesar 60%. Dalam kehidupan sehari, pada masyarakat Maluku dan beberapa masyarakat lain di Indonesia, daun nipah dapat dimanfaatkan untuk atap bangunan, dan batangnya diolah menjadi sagu yang kaya kabohidrat. Di samping itu, nipah Bajulmati ini akan menjadi habitan yang baik baik berbagai jenis ikan dan biota-biota air lainnya.
Sumber:
- Nianto Mulyo, Bambang dan Suhandini, Purwadi. 2004. Kompetensi Dasar Geografi Jilid 2A. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
- Sandy, I Made. 1982. Atlas Indonesia. Jakarta: PT Dhasawarna dan Jurusan Geografi-FIPIA-UI.
- Wardiatmoko, K. 2004. Geografi SMA Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
- Beberapa sumber lain.
Rabu, 30 Maret 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar