Namun demikian menurut satu penuturan bahwa bagian dari lalat ini yang banyak mengandung penyakit adalah pada bagian kaki-kaki kirinya. Sedang bagian dari kaki-kaki kanannya merupakan penangkal dari penyakit. Jadi tempat obatnya. Menurut penuturan itu, jika misalnya air minum kita kejatuhan lalat dan air minum itu terpaksa kita minum maka sebelum diminum, lalat yang masuk ke dalam air itu dianjurkan untuk dibenamkan lalu dibuang, baru air itu diminum. Hal itu dilakukan karena untuk menetralisir penyakit yang ikut terbawa masuk dalam air minum itu. Apakah demikian adanya? Wallahu a'lam.
Kamis, 06 Januari 2011
Lalat
Namun demikian menurut satu penuturan bahwa bagian dari lalat ini yang banyak mengandung penyakit adalah pada bagian kaki-kaki kirinya. Sedang bagian dari kaki-kaki kanannya merupakan penangkal dari penyakit. Jadi tempat obatnya. Menurut penuturan itu, jika misalnya air minum kita kejatuhan lalat dan air minum itu terpaksa kita minum maka sebelum diminum, lalat yang masuk ke dalam air itu dianjurkan untuk dibenamkan lalu dibuang, baru air itu diminum. Hal itu dilakukan karena untuk menetralisir penyakit yang ikut terbawa masuk dalam air minum itu. Apakah demikian adanya? Wallahu a'lam.
Selasa, 04 Januari 2011
Penambangan Batu Kapur
Di pulau Jawa, khusunya di Jawa Timur, dikelompokkan menjadi tiga rangkaian pegunungan kapur. Pegunungan kapur tersebut adalah pegunungan Kapur Utara, pegunungan Kapur Tengah yang sering disebut pegunungan Kendeng, dan pegunungan Kidul (pegunungan Kapur Selatan).
Foto yang terpampang di atas adalah bagian kecil dari rangkaian pegunungan Kidul, tepatnya di daerah Malang Selatan. Gambar tersebut merupakan wujud pemanfaatan batuan kapur sebagai bahan galian. Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 1976 tentang Pertambangan, batu kapur sebagai bahan galian termasuk dalam bahan galian golongan C. Berdasarkan yang mengusahakan penambangan batuan kapur ini diusahakan oleh rakyat.
Dalam melakukan penambangan kapur, masyarakat setempat bekerja secara berkelompok antara tiga sampai sepuluh orang. Peralatan yang digunakannya hanya peralatan-peralatan sederhana, yakni cangkul, ganco, linggis, dan beberapa peralatan bantu lainnya. Biasanya mereka bekerja mulai dari pagi, sekitar pukul 8.00 sampai senja hari (sekitar pukul 17.00).
Walau dengan menggunakan alat sederhana dan seadanya, namun mereka mampu dan berani merobohkan batuan kapur yang terjal nan kokoh ini. Pelan tetapi pasti, bukit kapur berketinggian lebih dari 750m di atas permukaan laut ini roboh dan hancur. Apakah ada dampak ekologis? Jelas ada tentunya. Solum tanah yang relatif tipis (5cm-10cm) akan semakin mudah terkoyak dan yang tersisa adalah pemandangan yang gersang. Belum lagi dampak runtuhnya batuan kapur pada areal pertambangan.
Sebenarnya yang mereka cari adalah bongkahan-bongkahan batu kapur yang biasanya untuk pondasi bangunan atau untuk pengeras jalan, di samping kalau kualitas kapurnya bagus biasanya akan menjadi bahan mentah dalam industri gamping. Hasilnya tidak seberapa. Pendapatan mereka setiap hari berkisar sekitar Rp 30.000,- sampai Rp 75.000,-
Langganan:
Postingan (Atom)