Rabu, 30 Maret 2011

Nipah Bajulmati

Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi persebaran vegetasi (juga makhluk hidup yang lain) adalah faktor beda tinggi permukaan Bumi (relief) yang kemudian mempengaruhi pola penyinaran Matahari (faktor fisiografi). Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dengan reliefnya yang kasar (rudget), sehingga memiliki flora yang beraneka-ragam. Floranya berbeda-beda menurut ketinggian tempat, mulai dari ketinggian 0m hingga ketinggian lebih dari 4.500m di atas permukaan laut. Di daerah pantai hingga ketinggian 3m (jika keadaan tanah memungkinkan) dijumpai tumbuhan bakau (mangrove). Semakin tinggi ke arah daratan, maka akan dijumpai tumbuhan palma jenis nipah, kemudian kelapa, selanjutnya hutan rimba berdaun lebar hingga ketinggian sekitar 1.200m di atas permukaan laut. Dari ketinggian tersebut, hutan akan didominasi oleh tumbuhan berdaun jarum (cemara, pinus, dsb) sampai ketinggian sekitar 3.000m. Dari ketinggian 3.000m sampai ketinggian sekitar 4.100m dijumpai padang rumput yang diselingi cemara kerdil dan semak-belukar hingga sampai batas mendekati salju digantikan oleh tumbuhan lumut.

Berikutnya dalam posting ini secara singkat hanya akan mengupas tentang tumbuhan yang hidup pada ketinggian sekitar 3m, yakni nipah. Nipah yang dimaksud adalah nipah yang tumbuh di daerah Bajulmati, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang. Nipah yang dijumpai sisi kanan dari kali Penguluran, dekat jembatan Bajulmati. Penulis tertarik mem-posting-kan nipah ini karena nipah tidak banyak ditemukan di daratan Jawa, terlebih di Malang Selatan yang pantainya cenderung berpegunungan kapur. Nipah di tempat ini dilingkupi oleh tumbuhan jati dan beberapa semak belukar. Bahkan di beberapa lokasi yang agak tinggi, masih relatif dekat dengan nipah tersebut ditemukan tumbuhan siwalan (lontar) yang identik dengan daerah minim curah hujan. Sangat karakteristik.

Populasi dari nipah yang kemudian sebut saja nipah Bajulmati ini sebenarnya relatif tidak banyak. Nipah tersebut hidup terbatas pada area kira-kira seluas 150m persegi, hidup di tepi kanan kali Penguluran menuju titik muara. Menilik dari ukurannya, tumbuhan ini umumnya merupakan tumbuhan muda. Tumbuhan yang hidup beberapa tahun terakhir ini. Berdasarkan klasifikasi tumbuhan berdasarkan kebutuhan tumbuhan terhadap air, nipah termasuk higrofit. Berdasarkan hal itu bisa dipastikan bahwa habitat nipah Bajulmati berupa daerah rawa. Rawa tersebut merupakan luberan air dari kali Penguluran ketika volume airnya meninggi. Terlebih ketika pasang naik dari pantai Bajulmati terjadi yang kemudian masuk pada lembah kali Penguluran. Perlu diketahui bahwa letak nipah ini terhadap muara hanya berkisar sekitar 300m.

Dengan adanya nipah di Bajulmati ini dapat menambah keanekaragaman hayati yang ada di daerah tersebut, khususnya. Banyak kemanfaatan yang diperoleh dari keberadaan nipah ini. Terlebih jika jalan raya Lintas Selatan nanti sudah selesai dan menjadi jalur transportasi yang ramai di Jawa bagian selatan. Menurut satu sumber, bahwa hutan mangrove (termasuk nipah) dapat menetralisir gas karbon hingga sebesar 60%. Dalam kehidupan sehari, pada masyarakat Maluku dan beberapa masyarakat lain di Indonesia, daun nipah dapat dimanfaatkan untuk atap bangunan, dan batangnya diolah menjadi sagu yang kaya kabohidrat. Di samping itu, nipah Bajulmati ini akan menjadi habitan yang baik baik berbagai jenis ikan dan biota-biota air lainnya.

Sumber:
- Nianto Mulyo, Bambang dan Suhandini, Purwadi. 2004. Kompetensi Dasar Geografi Jilid 2A. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
- Sandy, I Made. 1982. Atlas Indonesia. Jakarta: PT Dhasawarna dan Jurusan Geografi-FIPIA-UI.
- Wardiatmoko, K. 2004. Geografi SMA Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
- Beberapa sumber lain.

Selasa, 29 Maret 2011

Kali Penguluran

Kali Penguluran merupakan sungai yang di atasnya terbentang satu jembatan di jalan raya Lintas Selatan pulau Jawa, Jembatan Bajulmati namanya. Kali ini merupakan salah satu sungai yang mengalir di daerah bertopografi karst dan memiliki satu anak sungai, yakni kali Bambang. Mengingat berada di daerah karst, maka tentu ada bagian dari sungai ini yang menghilang/masuk ke dalam lapisan batuan/tanah. Lantaran itu, kali Penguluran ini termasuk kategori sungai sink hole.

Gambar yang tertera di atas, merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) bagian hilir dari kali Penguluran. Nampak aliran sungai tersebut terbelah menjadi dua lantaran terhalang bukit yang berupa kubah kapur (karst) sebelum bermuara ke samudera Indonesia/Hindia. Pantai Bajulmati nama muara sungai tersebut. Warna air sungai ini hijau kebiruan. Dugaan penulis, air sungai tersebut banyak dipenuhi oleh organisme air semisal ganggang hijau dan/atau lumut. Dan bisa dipastikan air sungainya payau mengingat sudah dekat dengan muara. DAS Penguluran merupakan batas alam antara Kecamatan Gedangan dengan Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang. Banyak para pemancing yang memanfaatkan sungai ini untuk menyalurkan hobi. Hanya sayang, penulis tak sempat menanyakan jenis ikan perolehan mereka.

Senin, 28 Maret 2011

Jalan Raya Lintas Selatan Pulau Jawa


Inilah penggalan Jalan Raya Lintas Selatan pulau Jawa yang telah diaspal, tepatnya di daerah Bajulmati Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang. Jalan raya yang pencanangannya ketika zamannya Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri ini memang sampai saat ini memang masih terus diselesaikan. Ada beberapa ruas jalan di Kabupaten Malang yang belum tuntas pengaspalan dan pengerjaan jembatannya. Maklum proyek besar yang tentu menyedot anggaran yang tidak sedikit. Trilyunan Rupiah tentunya.

Kelak jika pembangunan jalan ini telah selesai maka dapat berfungsi untuk mengurai kepadatan lalu-lintas di jalur tengah dan jalur pantai utara (Pantura) pulau Jawa. Di samping itu, wilayah pulau Jawa bagian selatan yang selama ini relatif terpencil akan segera terbuka isolasinya. Tingkat keterjangkauannya (accesibility) yang tinggi akan memacu segala potensi yang selama ini terpendam menjadi tergali dan termanfaatkan. Kemakmuran dan kesejahteraan diharapkan dapat meningkat pula.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan menggunakan kamera Sony DSC-W150 pada 26 Maret 2011, sekitar pukul 13.00. Dipotret di dalam kendaraan yang sedang melaju.

Minggu, 27 Maret 2011

Jembatan Bajulmati

Jembatan Bajulmati merupakan salah satu jembatan baru yang dibangun seiring dengan dibukanya proyek jalan baru di selatan pulau Jawa, "Lintas Selatan".

Sebagai jembatan yang dibangun pada abad ke-21 bisa dibilang relatif sempit, karena jembatan yang diberi pemisah di bagian tengahnya, hanya mampu menampung satu mobil kecil dan satu kendaraan roda dua dalam satu jalurnya. Rasanya kalau ada satu kendaraan roda dua dan satu kendaraan besar yang berdampingan lewat jembatan dalam satu jalur yang sama, sudah sangat beresiko. Padahal jalur ini nantinya digunakan sebagai jalur alternatif/penampung limpahan kendaraan yang semakin padat di jalur yang telah ada sebelumnya, di jalur utara dan tengah pulau Jawa. Semoga ruas jalan di lintas selatan pulau Jawa ini yang belum terselesaikan bisa segera terwujud untuk meningkatkat aksesibilitas masyarakat di selatan pulau Jawa ini.

Keterangan foto:
Foto koleksi pribadi dengan menggunakan kamera merk Sony DSC-W150 pada 26 Maret 2011, sekitar pukul 13.00WIB.

Rabu, 23 Maret 2011

Escarpment

Escarpment merupakan bentuk permukaan Bumi yang berupa tebing panjang, terjadi lantaran proses alam atau manusia. Escarpment ini dalam bahasa Indonesia disebut gawir.

Gambar yang tertera di samping adalah gawir (escarpment) yang tertera di tepi jalan lintas selatan pulau Jawa yang saat ini dalam taraf penyelesaian. Gawir tersebut tepatnya berada di daerah Bajulmati, Kabupaten Malang. Bentuk muka Bumi tersebut merupakan hasil aktifitas manusia yang memotong bukit karst untuk pembangunan jalan lintas selatan pulau Jawa.

Gawir itu sendiri terbentang sepanjang lebih dari 500m dan berketinggian rata-rata sekitar 50m.

Padi Gogo

Padi gogo adalah tanaman pertanian yang diusahankan di lahan kering pada di daerah yang bercurah hujan rendah atau pada bagian teratas dari suatu daerah berlereng yang tidak/kurang mampu menampung air relatif lama. Dalam siklus hidupnya, padi gogo yang dikembangkan petani saat ini berumur sekitar empat bulan. Artinya semenjak benih padi gogo ini disemai, kemudian dipanen, masa hidupnya selama empat bulan. Lantaran itu, padi gogo termasuk jenis tanaman semusim. Biasanya tanaman ini diusahan petani hanya ketika musim penghujan. Jadi dalam setahun petani hanya melakukan penanaman padi jenis ini hanya sekali. Setelah itu lahan ditami jagung atau jenis tanaman lain.

Tidak jarang setelah panen, lahan tersebut dibiarkan saja tanpa ditanami budidaya apapun (bahasa Jawa; bero). Dalam praktiknya, sistem yang dikembangkan petani dalam penanaman tumbuhan makanan pokok ini adalah sistem tumpangsari. Misalnya antara padi gogo dengan ketela pohon (seperti nampak dalam gambar) atau dengan jenis tanaman lainnya.
Gambar tersebut di atas merupakan lahan pertanian padi gogo yang bisa dijumpai di daerah Malang Selatan. Perkiraan umur padi tersebut sekitar dua bulan.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan menggunakan kamera saku merek Sony DSC-W150.

Selasa, 22 Maret 2011

Laba-laba, Penunggu Rumah yang Setia

Rasanya tiada duanya makhluk di dunia ini yang betah tinggal di rumahnya. Untuk mencari makan pun dia tak sedikitpun beranjak meninggalkan rumah yang telah dibuatnya. Binatang berkaki delapan ini sangat sabar menunggu makanannya datang dan terjerat rumahnya yang berbentuk jaring. Dia tak terpengaruh hiruk-pikuk di sekitarnya. Dia fokus di rumah yang dibuatnya dari benang-benang yang dikeluarkan dari tubuhnya. Dia tidak rakus terhadap kepemilikan rumah. Juga tak tamak dalam mencari makan. Dia akan makan kalau ada mangsa yang memang rejekinya. Sesekali dia bergeser untuk memperbaiki jalanya yang rusak akibat terpaan angin atau sebab lain.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan menggunakan kamera Sony DSC-W 150 pada 13 Pebruari 2011. Lokasi SMAPa Malang.

Sabtu, 19 Maret 2011

Ayam Pohon

Ayam pohon nama yang pantas diberikannya karena ayam tersebut selalu memanjat dan berdiam di pohon ketika malam hari. Perilaku ayam ini dipicu karena perlakuan dari sang pemiliknya. Biasanya sang peternak akan membuatkan kandang atau boks untuk ayam-ayam ternakannya. Namun tidak demikian halnya dengan beberapa peternak di Malang Selatan. Juga yang pernah penulis lihat di sebuah daerah di Kalimantan Tengah. Para peternak ayam cenderung membiarkan unggasnya berkeliaran dimana-mana pada siang hari. Bahkan tidak jarang mereka membiarkan begitu saja dengan tidak memberi makan apapun. Menjelas malam ayam-ayam ini akan berloncatan dan dengan sedikit kemampuan terbang yang ada menuju bagian atas suatu pohon yang daunnya dirasa rimbun. Untuk bisa menuju pohon, para pemilik ayam ini menyandarkan potongan bambu atau kayu pada pohon yang dimaksud. Potongan bambu atau kayu itulah yang nantinya digunakan ayam untuk memanjat menuju puncak pohon. Ayam-ayam itu akan bertengger di satu ranting yang dikehendaki dalam berbagai keadaan, termasuk ketika hujan deras terjadi.

Itulah cara primitif beternak ayam yang masih dilakukan sebagian peternak ayam. Mereka tidak memusingkan cara beternak ayam yang baik. Mereka juga tak merasa risau ayamnya berkeliaran dimana-mana dan sering mengganggu kenyamanan tetangga. Ayam-ayam itu membuang kotoran di teras rumah, masuk dapur, mengacak-acak tanaman, dan memakan kerupuk dan/atau bahan makanan yang dijemur karena mereka lapar.

Lantaran perlakuan tersebut, populasi ayam tersebut tidak bisa berkembang dengan baik. Ayamnya sering berkurang lantaran terserang penyakit dan kadang-kadang hilang yang mungkin karena dimangsa binatang liar.

Ayam pohon yang tertera pada foto di atas bertengger pada salah satu ranting tanaman buah "rambutan" setinggi sekitar empat meter.

Jumat, 18 Maret 2011

Profil Tanah--Andisol

Profil tanah yang dimaksud dalam gambar ini adalah profil tanah Andisol di kaki kompleks gunung Argowayang yang juga langsung bersambungan dengan kaki gunung Buthak--Kawi, tepatnya di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Nampak horison C dengan fragmen-fragmen batuan vulkanik mendominasi ketebalan profil tanas tersebut.

Rabu, 16 Maret 2011

Nelayan Kali Brantas

Nelayan adalah suatu aktifitas/pekerjaan menangkap ikan atau yang sejenis tanpa harus membudi-dayakannya di perairan darat maupun laut. Nelayan di perairan darat melakukan penangkapan ikan di sungai, danau, dan/atau rawa. Nelayan di perairan laut melakukan penangkapan ikan di laut, selat, teluk, dan samudera. Nelayan merupakan perwujudan dari bentuk interaksi manusia dengan lingkungan alamnya. Mengingat daerah perairan di sekitar penduduk tertentu banyak sekali ikan, maka di antara penduduk tersebut tertarik menekuni profesi sebagai penangkap ikan (nelayan) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Nelayan yang dimaksud dalam posting ini adalah nelayan kali (sungai) Brantas, kali terpenting dan terpanjang kedua di Jawa Timur. Aktifitas nelayan ini tepatnya berada di sisi luar bendungan Sengguruh, salah satu bendungan yang ada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Ada beberapa cara mereka menangkap ikan, di antaranya dengan menggunakan pancing, jala, dan jaring/pukat. Biasanya yang menggunakan jala dan jaring/pukat, mereka cenderung memakai perahu. Perahu tersebut dipakai untuk melakukan mobilitas dari suatu tempat ke tempat lain agar lebih efektif untuk memperoleh ikan tangkapan. Ikan tangkapan mereka adalah mujair, nila, gabus, udang, dan bahkan ada seorang pemancing yang menuturkan pernah memperoleh ikan louhan. Ikan hias impor yang pernah booming dan bisa berharga jutaan rupiah.

Selasa, 15 Maret 2011

Suweg

Tanaman yang tertera di latar depan foto ini nama daerahnya adalah suweg. Tanaman berumbi ini sebelum tumbuh dan membesar di permukaan tanah, didahului oleh munculnya bunga. Ya, bunga. Bunga yang menebarkan bau seperti bangkai. Bunga bangkai dari Jawa yang saya posting-kan sebelumnya. Setelah bunga itu layu dan memudar bau tak sedapnya, kemudian muncul tumbuhan yang sesungguhnya.

Batang semu tanaman tersebut akan layu pada saat musim kemarau datang. Saat itulah tanaman suweg akan memasuki masa dorman seperti keladi. Pada masa dorman itulah biasanya penduduk memanennya dan memanfaatkannya sebagai penganan.

Pada masa kecil saya penganan dari suweg ini cukup populer sebagai camilan. Masyarakat Jawa Tengah, Yogyakarta, dan masyarakat Jawa Timur sangat mengenalinya. Umbi yang kaya akan karbohidrat ini biasanya diolah menjadi makanan rebus yang kadang-kadang dihidangkan dengan ditaburi parutan kelapa muda. Bahkan sebagian orang merasa sudah kenyang bila memakan penganan suweg rebus tanpa harus makan nasi lagi. Kini tanaman ini semakin langka dan kurang diminati oleh generasi muda. Padahal suweg sebagai sumberdaya alam dari hasil pertanian hendaknya harus dipertahankan keberadaannya karena bisa berfungsi sebagai makanan alternatif makanan pokok pengganti beras.

Senin, 14 Maret 2011

Bungai Bangkai Jawa

Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia. Di antara keanekaragaman hayati itu berupa kekayaan taru (tumbuhan) yang salah satu di antaranya berupa bungai bangkai. Bunga yang menebarkan bau seperti bangkai ini yang paling dikenal dunia adalah bunga bangkai dari pulau Sumatera, yakni bunga Raflesia Arnoldi. Sebenarnya bunga bangkai tidak hanya tumbuh di pulau Sumatera, tetapi juga dapat ditemukan di pulau Jawa seperti yang tertera pada gambar di samping. Memang bunga bangkai dari Jawa ukurannya lebih kecil dibanding bunga bangkai yang berasal dari pulau Sumatera. Ukuran tinggi bunga bangkai dari Jawa ini sekitar 65cm. Namun demikian, keindahan bunga bangkai Jawa ini tidak kalah indah dibanding bunga sejenis yang ada di pulau Sumatera.

Bungai ini biasanya muncul pada awal musim penghujan, yakni pada bulan Oktober atau Nopember. Ketika mekar hanya bertahan sekitar tiga hari, kemudian secara berangsur-angsur akan layu dan mati.

Foto bunga bangkai tersebut saya ambil di sebuah pekarangan penduduk di Kabupaten Malang sekitar akhir Oktober tahun 2010.