Kamis, 06 Januari 2011

Lalat

Lalat merupakan binatang kecil yang termasuk dibenci manusia. Makhluk ini tidak pilih-pilih tempat/benda yang ingin dihinggapi. Tempat jorok maupun tempat bersih menjadi sasaran hinggapnya. Bau tidak sedap dan menjijikan menjadi sasaran hinggap kesukaannya. Lantaran itu lalat sering dicap sebagai biota pembawa berbagai penyakit. Terlebih lagi di kaki-kakinya tumbuh bulu-bulu halus yang bisa menempelkan bagian-bagian kecil dari sesuatu yang dihinggapinya. Belum lagi telapak kaki belakangnya yang melebar yang juga berfungsi sebagai penahan/penyengkeram sesuatu yang dihinggapinya. Tentu kaki-kaki itu akan cenderung membawa bagian tertentu dari sesuatu yang dihinggapinya. Seandainya yang dihinggapi itu bunga akan tidak menjadi masalah. Sebab yang akan terbawa adalah serbuk-serbuk sari yang justru membantu dalam proses pembuahan. Namun jika yang dihinggapi itu sesuatu yang jorok/kotor, maka yang akan menempel/terikut di kaki-kakinya adalah kotoran yang bisa jadi membawa bibit penyakit. Maka dari itulah lalat dibenci manusia.

Namun demikian menurut satu penuturan bahwa bagian dari lalat ini yang banyak mengandung penyakit adalah pada bagian kaki-kaki kirinya. Sedang bagian dari kaki-kaki kanannya merupakan penangkal dari penyakit. Jadi tempat obatnya. Menurut penuturan itu, jika misalnya air minum kita kejatuhan lalat dan air minum itu terpaksa kita minum maka sebelum diminum, lalat yang masuk ke dalam air itu dianjurkan untuk dibenamkan lalu dibuang, baru air itu diminum. Hal itu dilakukan karena untuk menetralisir penyakit yang ikut terbawa masuk dalam air minum itu. Apakah demikian adanya? Wallahu a'lam.

Selasa, 04 Januari 2011

Penambangan Batu Kapur

Pegunungan kapur merupakan gejala khas di daerah Karst. Daerah kapur ini tersusun dari batuan kapur (lime stone) dengan mineral penyusun utamanya adalah kalsium karbonat (CaCO3). Batuan kapur tergolong batuan sedimen yang dalam pembentukannya dipengaruhi oleh peranan organisme. Organisme yang dimaksud adalah organisme laut, yakni binatang karang. Dengan demikian daerah kapur itu sebelumnya merupakan laut. Daerah kapur sebagai batuan sedimen, biasanya kaya akan fosil.
Di pulau Jawa, khusunya di Jawa Timur, dikelompokkan menjadi tiga rangkaian pegunungan kapur. Pegunungan kapur tersebut adalah pegunungan Kapur Utara, pegunungan Kapur Tengah yang sering disebut pegunungan Kendeng, dan pegunungan Kidul (pegunungan Kapur Selatan).

Foto yang terpampang di atas adalah bagian kecil dari rangkaian pegunungan Kidul, tepatnya di daerah Malang Selatan. Gambar tersebut merupakan wujud pemanfaatan batuan kapur sebagai bahan galian. Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 1976 tentang Pertambangan, batu kapur sebagai bahan galian termasuk dalam bahan galian golongan C. Berdasarkan yang mengusahakan penambangan batuan kapur ini diusahakan oleh rakyat.

Dalam melakukan penambangan kapur, masyarakat setempat bekerja secara berkelompok antara tiga sampai sepuluh orang. Peralatan yang digunakannya hanya peralatan-peralatan sederhana, yakni cangkul, ganco, linggis, dan beberapa peralatan bantu lainnya. Biasanya mereka bekerja mulai dari pagi, sekitar pukul 8.00 sampai senja hari (sekitar pukul 17.00).

Walau dengan menggunakan alat sederhana dan seadanya, namun mereka mampu dan berani merobohkan batuan kapur yang terjal nan kokoh ini. Pelan tetapi pasti, bukit kapur berketinggian lebih dari 750m di atas permukaan laut ini roboh dan hancur. Apakah ada dampak ekologis? Jelas ada tentunya. Solum tanah yang relatif tipis (5cm-10cm) akan semakin mudah terkoyak dan yang tersisa adalah pemandangan yang gersang. Belum lagi dampak runtuhnya batuan kapur pada areal pertambangan.

Sebenarnya yang mereka cari adalah bongkahan-bongkahan batu kapur yang biasanya untuk pondasi bangunan atau untuk pengeras jalan, di samping kalau kualitas kapurnya bagus biasanya akan menjadi bahan mentah dalam industri gamping. Hasilnya tidak seberapa. Pendapatan mereka setiap hari berkisar sekitar Rp 30.000,- sampai Rp 75.000,-