Senin, 25 April 2011

Punglor (Anis) Merah

Kicaunya yang merdu meninggi dan panjang yang kemudian merendah, diimbangi gerakak kepala ke kanan--ke kiri, ke atas dan ke bawah membuat para penggemar berlomba-lomba untuk memilikinya. Gerakan kepala itu mereka sebut teler. Gerakan itu dianggap bak seorang pemabuk. Para penggemar burung kicauan rela merogoh kocek dalam-dalam demi burung ini. Semakin bagus dan semakin lama burung itu mampu bertahan berkicau, ditambah semakin teler gerakannya, maka semakin mahal harga burung itu. Apalagi kalau burung tersebut sudah pernah memperoleh gelar juara dalam suatu kontes burung kicauan, maka harganya akan melambung tidak masuk akal. Harga normal burung yang sudah pandai berkicau dan teler berkisar antara Rp 1.000.000,- sampai sekitar Rp 1.500.000,-. Seorang penggemar yang juga setengah pedagang beberapa hari yang lalu menjual dua ekor burung jenis ini seharga Rp 2.600.000,-. Suatu harga yang tinggi menurut ukuran penulis. Sedangkan untuk seekor anakan yang baru mulai bisa makan sendiri dengan umur sekitar satu bulan dihargai Rp 750.000,-.

Itulah tingginya gengsi burung yang oleh sebagian besar masyarakat Jawa Timur disebut punglor. Sedangkan di Jawa Barat dan beberapa tempat yang lain sering disebut sebagai anis. Gambar yang tertera di atas dinamai punglor (anis) merah karena bulu kepala dan bulu bagian depan berwarna kemerahan (tepatnya: coklat). Sedang bulu punggungnya didominasi warna hitam dan bulatan yang berwarna lebih hitam. Untuk bulu sayapnya berwarna hitam dengan sedikit warna putih pada tekukan sayap. Ada sebagian masyarakat yang menyebut punglor (anis) merah ini dengan punglor bata, karena warnar utamanya mirip warna bata (batu merah).

Sebenarnya ada beberapa varietas dari jenis burung punglor ini. Varietas lain tersebut di antaranya punglor jali. Punglor jali ini ada juga yang menyebut dengan anis kembang. Ada pula punglor macan, punglor kopi, punglor mandarin, dan punglor cendana. Punglor jali atau anis kembang, bagian kepalanya berwarna coklat tua, punggung hitam, dan bagian depan (dada) berwarna putih bertotol-totol hitam. Warna punglor macan hampir mirip dengan punglor jali atau anis kembang. Bedanya, bercak-bercak hitam pada dadanya lebih besar. Ukuran badannya pun lebih besar. Punglor kopi berwarna utama hitam dengan di beberapa tempat berbulu putih. Menurut penuturan, punglor kopi ini dulu banyak ditemukan di sekitar perkebunan kopi. Sedang untuk punglor mandari didominasi warna coklat. Adapun untuk punglor cendana, warna bulu utamanya adalah coklat cerah dengan beberapa variasi putih.

Daerah persebaran burung ini hampir merata di wilayah Indonesia bagian Barat dan Nusa Tenggara, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, dan beberapa pulau di Nusa Tenggara. Di habitatnya, burung-burung tersebut hidup dan bersarang di pohon-pohon tinggi. Mereka memakan berbagai macam serangga dan ulat. Tidak jarang mereka pun turun ke permukaan tanah yang lembab atau becek untuk mencari cacing. Umumnya burung-burung tersebut bertelur antara dua sampai tiga butir. Saat ini, burung punglong yang hidup di alam liar semakin langka. Kicauannya di tengah rimba sudah jarang terdengar. Terlebih di pulau Jawa. Pemangsa tingkat kedua dalam rantai makanan ini kehidupannya semakin terancam oleh para pemburu, walau saat ini sudah ada pihak yang sudah berhasil menangkarkannya. Para pengangkar itu umumnya menangkarkan punglor merah dan punglor jali atau anis kembang yang secara ekonomis memang paling mahal harganya, di samping paling mudah mendapatkannya. Para penangkar punglor kabarnya berada di Bali, Solo, Malang, dan Jakarta. Semoga hasil tangkarannya ada yang dilepasliarkan di habitat aslinya sehingga keseimbangan ekosistem itu dapat terjaga.

Jumat, 22 April 2011

Yarosit, Yospit, Angkik, dan Kalsedon

Gambar yang terpampang pada posting ini merupakan dokumentasi pribadi dari paket mineral industri kiriman Kementerian Pendidikan Nasional yang dahulu disebut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Paket mineral industri tersebut tersusun rapi dalam kotak plastik dengan selembar kertas yang berisi nama-nama mineral sesuai nomor urutnya beserta tempat ditemukannya mineral tersebut. selebihnya tidak ada. Mungkin ada buku petunjuk tentang identitas mineral atau bahan galian tersebut, namun penulis tidak mengetahuinya. Jelasnya, kemudian penulis mencari informasi tentang mineral-mineral dan/atau bahan galian tersebut pada buku-buku dan internet. Hampir semuanya diketemukan yang kemudian ditulis dalam bentuk presentasi dan di-posting-kan dalam wwwnuansamasel.blogspot.com, kecuali ada empat yang belum sempat penulis temukan. Empat mineral dan/atau bahan galian tersebut adalah yarosit, yospit, angkik, dan kalsedon. Penulis juga tidak berani memastikan bahwa nama-nama tersebut termasuk mineral atau bukan mineral. Yang jelas keempatnya merupakan bahan galian. Gambar dari keempat mineral dan/atau bahan galian tersebut adalah:

1. Yarosit
Menurut keterangan dalam lembaran paket kiriman tersebut, yarosit ditemukan di Ciater, Bogor. Sepengetahuan penulis, Ciater merupakan salah satu tempat di Indonesia yang merupakan tempat munculnya gejala pasca vulkanismus, yakni sumber air mineral. Sumber air mineral tersebut mengandung belerang atau gas karbon dioksida. Pertanyaannya, apakah yarosit ini merupakan mineral hidrothermal? Kelihatannya begitu. Untuk memperoleh kepastian tentang mineral tersebut, maka jika di antara pembaca ada yang ahli mineral, penulis mohon kesediaannya untuk memberikan sumbangsihnya. Juga mineral dan/atau bahan galian lainnya di bawah ini. Informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan susunan kimia, ciri-ciri fisik, ada tidaknya tingkat toksisitasnya, terdapatnya di alam, daerah persebaran di muka Bumi, serta manfaatnya bagi kehidupan manusia.

2. Yospit
Satu-satunya informasi yang saya peroleh tentang yospit ini adalah tempat ditemukannya, yakni Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.

3. Angkik
Sama halnya yospit, mineral/bahan galian yang bernama angkik ini juga ditemukan di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.

4. Kalsedon
Mineral yang berwarna merah kecoklatan (merah hati) terbalut warna putih ini menurut lembar keterangan dari Kementerian Pendidikan Nasional terdapat di Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur.

Perlu pembaca ketahui bahwa posting ini berkaitan dengan matapelajaran Geografi dan Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian. Untuk matapelajaran Geografi, posting tersebut diberikan kepada siswa SMA kelas XI/IPS, semester 1 (namun banyak sekolah yg memberikannya di semester 2) dengan standar kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, kompetensi dasar: 2.2 mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam dengan materi pembelajaran: potensi sumberdaya alam Indonesia dan persebarannya, khususnya pada submateri sumberdaya alam mineral. Berkaitan pula dengan standar kompetensi: 3. menganalisis unsur-unsur geosfer, kompetensi dasar: menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan lithosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka Bumi, materi pembelajaran: lithosfer, submateri struktur lapisan kulit Bumi--batuan-batuan penyusun kulit Bumi untuk siswa SMA kelas X semester 2. Di samping itu berkaitan pulan dengan OSN bidang Kebumian pada materi bahasan: lithosfer, submateri batuan dan mineral.

Minggu, 17 April 2011

Lubang-lubang pada Batuan Kapur

Batuan kapur (limestone) merupakan batuan sedimen. Batuan ini mayoritas terbentuk lantaran organisme laut dan sebagian kecil lantaran proses vulkanisme. Batuan ini tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3). Umumnya, batuan kapur terdapat pada daerah yang bertopografi karst.

Batuan kapur sebenarnya merupakan batuan yang kuat. Namun demikian, batuan ini sering memiliki lubang-lubang/celah-celah (diaklas) seperti yang nampak pada gambar, hingga di tempat itulah air (hujan) sering terkumpul. Air hujan tersebut ketika di atmosfer membawa serta gas karbon dioksida, sehingga inilah yang akan melapukkan batuan kapur.

Air hujan yang membawa serta gas karbon dioksida dan terkumpul dalam lubang-lubang/celah-celah kapur itulah yang kemudian menghancurkan dan melarutkan kapur. Dengan demikian proses pelapukan kimia mulai berlangsung. Dari lubang-lubang yang kecil, seiring perkembangan waktu dan intensitas curah hujan, maka pelapukan kimia itu akan menghasilkan gejala-gejala karst yang berupa gua-gua kapur dengan stalaktit dan stalagmitnya, dolina, ulava, polye, dan sungai bawah tanah (sink hole).

Jumat, 15 April 2011

Ikan yang Diperdagangkan Di Pasar Ikan Sendangbiru

Ikan yang diperdagangkan di pasar ikan Sendangbiru dipengaruhi oleh hasil tangkapan para nelayan. Jika hasil tangkapan nelayan berlimpah, baik dalam jumlah dan jenis, maka ikan yang diperdagangkan di pasar tersebut akan selalu mengikutinya. Berbagai jenis ikan yang dijajakan dalam lapak-lapak sederhana antara lain berbagai jenis ikan tuna, tongkol, tengiri, bandeng laut, cucut, kembung, bayeman, ikan pari, dan berbagai jenis ikan lainnya. Di samping ikan, dijajakan pula cumi-cumi, gurita, dan udang laut. Umumnya dalam keadaan segar. Memang dalam jumlah terbatas masih dijumpai pula ikan asin (ikan kering).

Harga ikan di pasar ikan Sendangbiru ini relatif murah. Ikan tuna 1kg dengan jumlah ikan dua ekor dijual seharga Rp 15.000,- Ikan tongkol lebih murah lagi. Satu kilogramnya dihargai sekitar Rp 15.000,- Ikan tengiri sedikit lebih mahal. Satu kilogram ikan tengiri dijual dengan harga di atas Rp 25.000,- Sedang udang laut satu kilogramnya seharga Rp 35.000. Para pembeli ikan di tempat ini bisa juga membeli ikan yang sudah dipanggang. Ikan pindang juga tersedia.
Sedangkan ikan-ikan yang ukurannya melebihi 10kg biasanya diekspor ke berbagai negara. Di antaranya ke Jepang.

Kamis, 14 April 2011

Pasar Ikan Sendangbiru

Inilah tempat satu-satunya di Kabupaten Malang yang secara resmi dijadikan sebagai tempat jual--beli ikan hasil tangkapan nelayan yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, tepatnya oleh Dinas Perikanan dan Kelautan. Nama Sendangbiru mungkin diambil dari kata sendhang tempat yang berair, dan biru. Jadi mungkin Sendangbiru mengandung arti suatu tempat yang mengandung air berwarna biru.
Memang itulah realitannya. Pasar ikan yang terletak di tepi pelabuhan alam ini berair tenang, jernih, dan membiru, serta dibentengi pulau Sempu dari samudera luas di latar depannya.

Ditinjau dari keadaan bangunannya, pasar ini terlihat masih relatif baru. Dibangun beberapa tahun yang lalu. Kumpulan kiosnya masih ada satu deret. Teratur rapi dan relatif bersih. Walaupun demikian, tempat yang sekaligus sebagai tempat pendaratan perahu-perahu nelayan ini sebagian kecil dari dermaga dan plengsengan penahan abrasi sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan.

Secara administratif pasar ikan ini berada di wilayah Kecamatan Sumbermanjing. Bukan Kecamatan Sumber Manjing Wetan. Mungkin penulis papan nama pasar tersebut tidak tahu nama kecamatan yang benar. Demikian pula cara penulisan nama tempat yang benar. Padahal aturan penulisan nama tempat di Indonesia, secara Kartografi harus bersambung.

Selasa, 05 April 2011

Interaksi Manusia dengan Lingkungannya

Inilah wujud interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Dalam Geografi, gambar tersebut di atas menunjukkan adanya kaitan dengan pendekatan kelingkungan. Pendekatan kelingkungan adalah pendekatan yang mengkaji antara variabel manusia dengan lingkungannya pada suatu tempat (Bambang Nianto Mulyo dan Purwadi Suhandini, 2007:12). Manusia yang hidup di daerah yang berdekatan dengan perairan, baik perairan darat maupun perairan laut, maka manusianya akan cenderung pandai berenang, menggunakan perahu dan sejenisnya sebagai alat transportasi, dan bermatapencaharian sebagai nelayan.

Sedangkan dalam prinsip Geografi, fenomena tersebut di atas berkaitan dengan prinsip interrelasi. Prinsip interrelasi adalah prinsi yang mengungkapkan hubungan di dalam fenomena geosfer, baik antar faktor fisik dengan faktor lainnya, atau antara faktor manusia dengan manusia lainnya, maupun antara faktor fisik dengan faktor manusia. Gambar di atas jelas menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara faktor fisik (alam), yakni berupa perairan laut (laut yang dimaksud adalah teluk Sendabiru) dengan manusia yang tinggal di daerah sekitarnya. Dalam hal ini, antara fenomena yang berupa perairan (laut/teluk) mempengaruhi aktifitas manusia yang ada di daerah tersebut.

Jika dikaitkan dengan konsep Geografi, gambar tersebut juga menunjukkan adanya konsep interaksi dan interdependensi. Menurut Bambang Nianto Mulyo dan Purwadi Suhandini (2007:10) "interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi obyek atau tempat yang satu dengan yang lain". Interaksi ini bisa terjadi antara faktor/fenomena alam dengan faktor/fenomena alam lainnya, atau antara faktor/fenomena manusia dengan faktor/fenomena manusia lain, maupun antara faktor/fenomena alam dengan faktor/fenomena manusia atau sebaliknya. Dalam kasus ini faktor/fenomena alam yang berupa perairan laut (teluk Sendangbiru) mempengaruhi aktifitas dan matapencaharian penduduk di sekitarnya.

Gambar fenomena di atas juga bisa menjadi konsep keterkaitan keruangan manakala para penduduk di dekat perairan laut (teluk) Sendangbiru umumnya bermatapencaharian nelayan atau pedagang ikan, pandai berenang, dan trampil menggunakan alat transportasi air karena terkait dengan keruangannya yang berupa perairan laut (teluk) Sendangbiru. Adapun pengertian dari konsep keterkaitan keruangan adalah konsep dalam Geografi yang menunjukkan derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena yang lain di suatu tempat atau ruangan, baik yang menyangkut fenomena alam, tumbuhan, maupun sosial (Bambang Nianto Mulyo dan Purwadi Suhandini, 2007:10--11). Gejala-gejala tersebut berkaitan pula dengan gejala Geografis dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber:
- Nianto Mulyo, Bambang dan Suhandini, Purwadi. 2007. Kompetensi Dasar Geografi Jilid 1. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
- Akhwan, Nur Hasan. Tanpa Tahun. Geografi--Lembar Kerja dan Tugas Siswa Kelas Xa. Surabaya: Bintang Karya.

Sabtu, 02 April 2011

Pelabuhan Sendangbiru

Pelabuhan Sendangbiru merupakan pelabuhan yang terjadi lantaran proses alam pada sebuah teluk Sendangbiru dengan latar depannya terlindungi oleh pulau Sempu. Lantaran adanya pulau Sempu itulah pelabuhan Sendangbiru menjadi relatif teduh/terlindung dari hantaman gelombang besar yang datang dari lautan bebas, yakni samudera Indonesia/samudera Hindia. Secara administratif pelabuhan Sendangbiru berada di Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang.

Sesuai dengan namanya, pelabuhan tersebut memang berair membiru dan jernih. Sejauh mata memandang, warna biru itu akan nampak mendominasi perairan tersebut yang kemudian dibatasi oleh hijaunya hutan pulau Sempu yang merimbun di seberangnya. Hijaunya vegetasi penutup perbukitan yang merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Kidul, sebagai pegunungan kapur (karst), melatarbelakang pantai ini.

Pelabuhan Sendangbiru merupakan pelabuhan yang didominir oleh perahu-perahu atau kapal-kapal nelayan. Dengan demikian pelabuhan tersebut bisa dikatakan sebagai pelabuhan perikanan yang bisa juga disebut dengan tempat pendaratan ikan. Inilah satu-satunya pelabuhan yang terkelola di Kabupaten Malang. Selebihnya tersebar secara sporadis di berbagai tempat di wilayah perairan pantai Malang Selatan yang sifatnya hanya sebagai tempat pendaratan ikan dengan jumlah nelayan dan jumlah perahu yang lebih sedikit. Ukuran perahunya pun lebih kecil. Misalnya, tempat pendaratan ikan di pantai Kondangmerak, mBanthol, dan nJonggringsaloka.

Menurut informasi, perahu yang bersandar di pelabuhan tersebut tidak hanya perahu nelayan lokal di Kabupaten Malang, tetapi juga para nelayan lain yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Mereka datang dari Madura dan dari berbagai kota di pantai utara Jawa Tengah. Di pelabuhan Sendangbiru inilah kemudian para nelayan menjual hasil tangkapannya.

Hasil tangkapan tersebut kemudian oleh para pedagang didistribusikan ke beberapa tujuan. Ikan hasil tangkapan nelayan itu ada yang dijual di pasar ikan kompleks pelabuhan tersebut, dijajakan keliling di desa-desa di daerah Malang Selatan, dikirim ke berbagai pasar di Kota Malang, bahkan ada yang diekspor. Kalau informasi dari mediamassa tentang pembangunan industri pengolahan ikan sudah terwujud, sebagian ikan hasil tangkapan nelayan tersebut diolah dahulu dan kemudian baru diekspor.



Rabu, 30 Maret 2011

Nipah Bajulmati

Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi persebaran vegetasi (juga makhluk hidup yang lain) adalah faktor beda tinggi permukaan Bumi (relief) yang kemudian mempengaruhi pola penyinaran Matahari (faktor fisiografi). Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dengan reliefnya yang kasar (rudget), sehingga memiliki flora yang beraneka-ragam. Floranya berbeda-beda menurut ketinggian tempat, mulai dari ketinggian 0m hingga ketinggian lebih dari 4.500m di atas permukaan laut. Di daerah pantai hingga ketinggian 3m (jika keadaan tanah memungkinkan) dijumpai tumbuhan bakau (mangrove). Semakin tinggi ke arah daratan, maka akan dijumpai tumbuhan palma jenis nipah, kemudian kelapa, selanjutnya hutan rimba berdaun lebar hingga ketinggian sekitar 1.200m di atas permukaan laut. Dari ketinggian tersebut, hutan akan didominasi oleh tumbuhan berdaun jarum (cemara, pinus, dsb) sampai ketinggian sekitar 3.000m. Dari ketinggian 3.000m sampai ketinggian sekitar 4.100m dijumpai padang rumput yang diselingi cemara kerdil dan semak-belukar hingga sampai batas mendekati salju digantikan oleh tumbuhan lumut.

Berikutnya dalam posting ini secara singkat hanya akan mengupas tentang tumbuhan yang hidup pada ketinggian sekitar 3m, yakni nipah. Nipah yang dimaksud adalah nipah yang tumbuh di daerah Bajulmati, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang. Nipah yang dijumpai sisi kanan dari kali Penguluran, dekat jembatan Bajulmati. Penulis tertarik mem-posting-kan nipah ini karena nipah tidak banyak ditemukan di daratan Jawa, terlebih di Malang Selatan yang pantainya cenderung berpegunungan kapur. Nipah di tempat ini dilingkupi oleh tumbuhan jati dan beberapa semak belukar. Bahkan di beberapa lokasi yang agak tinggi, masih relatif dekat dengan nipah tersebut ditemukan tumbuhan siwalan (lontar) yang identik dengan daerah minim curah hujan. Sangat karakteristik.

Populasi dari nipah yang kemudian sebut saja nipah Bajulmati ini sebenarnya relatif tidak banyak. Nipah tersebut hidup terbatas pada area kira-kira seluas 150m persegi, hidup di tepi kanan kali Penguluran menuju titik muara. Menilik dari ukurannya, tumbuhan ini umumnya merupakan tumbuhan muda. Tumbuhan yang hidup beberapa tahun terakhir ini. Berdasarkan klasifikasi tumbuhan berdasarkan kebutuhan tumbuhan terhadap air, nipah termasuk higrofit. Berdasarkan hal itu bisa dipastikan bahwa habitat nipah Bajulmati berupa daerah rawa. Rawa tersebut merupakan luberan air dari kali Penguluran ketika volume airnya meninggi. Terlebih ketika pasang naik dari pantai Bajulmati terjadi yang kemudian masuk pada lembah kali Penguluran. Perlu diketahui bahwa letak nipah ini terhadap muara hanya berkisar sekitar 300m.

Dengan adanya nipah di Bajulmati ini dapat menambah keanekaragaman hayati yang ada di daerah tersebut, khususnya. Banyak kemanfaatan yang diperoleh dari keberadaan nipah ini. Terlebih jika jalan raya Lintas Selatan nanti sudah selesai dan menjadi jalur transportasi yang ramai di Jawa bagian selatan. Menurut satu sumber, bahwa hutan mangrove (termasuk nipah) dapat menetralisir gas karbon hingga sebesar 60%. Dalam kehidupan sehari, pada masyarakat Maluku dan beberapa masyarakat lain di Indonesia, daun nipah dapat dimanfaatkan untuk atap bangunan, dan batangnya diolah menjadi sagu yang kaya kabohidrat. Di samping itu, nipah Bajulmati ini akan menjadi habitan yang baik baik berbagai jenis ikan dan biota-biota air lainnya.

Sumber:
- Nianto Mulyo, Bambang dan Suhandini, Purwadi. 2004. Kompetensi Dasar Geografi Jilid 2A. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
- Sandy, I Made. 1982. Atlas Indonesia. Jakarta: PT Dhasawarna dan Jurusan Geografi-FIPIA-UI.
- Wardiatmoko, K. 2004. Geografi SMA Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
- Beberapa sumber lain.

Selasa, 29 Maret 2011

Kali Penguluran

Kali Penguluran merupakan sungai yang di atasnya terbentang satu jembatan di jalan raya Lintas Selatan pulau Jawa, Jembatan Bajulmati namanya. Kali ini merupakan salah satu sungai yang mengalir di daerah bertopografi karst dan memiliki satu anak sungai, yakni kali Bambang. Mengingat berada di daerah karst, maka tentu ada bagian dari sungai ini yang menghilang/masuk ke dalam lapisan batuan/tanah. Lantaran itu, kali Penguluran ini termasuk kategori sungai sink hole.

Gambar yang tertera di atas, merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) bagian hilir dari kali Penguluran. Nampak aliran sungai tersebut terbelah menjadi dua lantaran terhalang bukit yang berupa kubah kapur (karst) sebelum bermuara ke samudera Indonesia/Hindia. Pantai Bajulmati nama muara sungai tersebut. Warna air sungai ini hijau kebiruan. Dugaan penulis, air sungai tersebut banyak dipenuhi oleh organisme air semisal ganggang hijau dan/atau lumut. Dan bisa dipastikan air sungainya payau mengingat sudah dekat dengan muara. DAS Penguluran merupakan batas alam antara Kecamatan Gedangan dengan Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang. Banyak para pemancing yang memanfaatkan sungai ini untuk menyalurkan hobi. Hanya sayang, penulis tak sempat menanyakan jenis ikan perolehan mereka.

Senin, 28 Maret 2011

Jalan Raya Lintas Selatan Pulau Jawa


Inilah penggalan Jalan Raya Lintas Selatan pulau Jawa yang telah diaspal, tepatnya di daerah Bajulmati Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang. Jalan raya yang pencanangannya ketika zamannya Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri ini memang sampai saat ini memang masih terus diselesaikan. Ada beberapa ruas jalan di Kabupaten Malang yang belum tuntas pengaspalan dan pengerjaan jembatannya. Maklum proyek besar yang tentu menyedot anggaran yang tidak sedikit. Trilyunan Rupiah tentunya.

Kelak jika pembangunan jalan ini telah selesai maka dapat berfungsi untuk mengurai kepadatan lalu-lintas di jalur tengah dan jalur pantai utara (Pantura) pulau Jawa. Di samping itu, wilayah pulau Jawa bagian selatan yang selama ini relatif terpencil akan segera terbuka isolasinya. Tingkat keterjangkauannya (accesibility) yang tinggi akan memacu segala potensi yang selama ini terpendam menjadi tergali dan termanfaatkan. Kemakmuran dan kesejahteraan diharapkan dapat meningkat pula.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan menggunakan kamera Sony DSC-W150 pada 26 Maret 2011, sekitar pukul 13.00. Dipotret di dalam kendaraan yang sedang melaju.

Minggu, 27 Maret 2011

Jembatan Bajulmati

Jembatan Bajulmati merupakan salah satu jembatan baru yang dibangun seiring dengan dibukanya proyek jalan baru di selatan pulau Jawa, "Lintas Selatan".

Sebagai jembatan yang dibangun pada abad ke-21 bisa dibilang relatif sempit, karena jembatan yang diberi pemisah di bagian tengahnya, hanya mampu menampung satu mobil kecil dan satu kendaraan roda dua dalam satu jalurnya. Rasanya kalau ada satu kendaraan roda dua dan satu kendaraan besar yang berdampingan lewat jembatan dalam satu jalur yang sama, sudah sangat beresiko. Padahal jalur ini nantinya digunakan sebagai jalur alternatif/penampung limpahan kendaraan yang semakin padat di jalur yang telah ada sebelumnya, di jalur utara dan tengah pulau Jawa. Semoga ruas jalan di lintas selatan pulau Jawa ini yang belum terselesaikan bisa segera terwujud untuk meningkatkat aksesibilitas masyarakat di selatan pulau Jawa ini.

Keterangan foto:
Foto koleksi pribadi dengan menggunakan kamera merk Sony DSC-W150 pada 26 Maret 2011, sekitar pukul 13.00WIB.

Rabu, 23 Maret 2011

Escarpment

Escarpment merupakan bentuk permukaan Bumi yang berupa tebing panjang, terjadi lantaran proses alam atau manusia. Escarpment ini dalam bahasa Indonesia disebut gawir.

Gambar yang tertera di samping adalah gawir (escarpment) yang tertera di tepi jalan lintas selatan pulau Jawa yang saat ini dalam taraf penyelesaian. Gawir tersebut tepatnya berada di daerah Bajulmati, Kabupaten Malang. Bentuk muka Bumi tersebut merupakan hasil aktifitas manusia yang memotong bukit karst untuk pembangunan jalan lintas selatan pulau Jawa.

Gawir itu sendiri terbentang sepanjang lebih dari 500m dan berketinggian rata-rata sekitar 50m.

Padi Gogo

Padi gogo adalah tanaman pertanian yang diusahankan di lahan kering pada di daerah yang bercurah hujan rendah atau pada bagian teratas dari suatu daerah berlereng yang tidak/kurang mampu menampung air relatif lama. Dalam siklus hidupnya, padi gogo yang dikembangkan petani saat ini berumur sekitar empat bulan. Artinya semenjak benih padi gogo ini disemai, kemudian dipanen, masa hidupnya selama empat bulan. Lantaran itu, padi gogo termasuk jenis tanaman semusim. Biasanya tanaman ini diusahan petani hanya ketika musim penghujan. Jadi dalam setahun petani hanya melakukan penanaman padi jenis ini hanya sekali. Setelah itu lahan ditami jagung atau jenis tanaman lain.

Tidak jarang setelah panen, lahan tersebut dibiarkan saja tanpa ditanami budidaya apapun (bahasa Jawa; bero). Dalam praktiknya, sistem yang dikembangkan petani dalam penanaman tumbuhan makanan pokok ini adalah sistem tumpangsari. Misalnya antara padi gogo dengan ketela pohon (seperti nampak dalam gambar) atau dengan jenis tanaman lainnya.
Gambar tersebut di atas merupakan lahan pertanian padi gogo yang bisa dijumpai di daerah Malang Selatan. Perkiraan umur padi tersebut sekitar dua bulan.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan menggunakan kamera saku merek Sony DSC-W150.

Selasa, 22 Maret 2011

Laba-laba, Penunggu Rumah yang Setia

Rasanya tiada duanya makhluk di dunia ini yang betah tinggal di rumahnya. Untuk mencari makan pun dia tak sedikitpun beranjak meninggalkan rumah yang telah dibuatnya. Binatang berkaki delapan ini sangat sabar menunggu makanannya datang dan terjerat rumahnya yang berbentuk jaring. Dia tak terpengaruh hiruk-pikuk di sekitarnya. Dia fokus di rumah yang dibuatnya dari benang-benang yang dikeluarkan dari tubuhnya. Dia tidak rakus terhadap kepemilikan rumah. Juga tak tamak dalam mencari makan. Dia akan makan kalau ada mangsa yang memang rejekinya. Sesekali dia bergeser untuk memperbaiki jalanya yang rusak akibat terpaan angin atau sebab lain.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan menggunakan kamera Sony DSC-W 150 pada 13 Pebruari 2011. Lokasi SMAPa Malang.

Sabtu, 19 Maret 2011

Ayam Pohon

Ayam pohon nama yang pantas diberikannya karena ayam tersebut selalu memanjat dan berdiam di pohon ketika malam hari. Perilaku ayam ini dipicu karena perlakuan dari sang pemiliknya. Biasanya sang peternak akan membuatkan kandang atau boks untuk ayam-ayam ternakannya. Namun tidak demikian halnya dengan beberapa peternak di Malang Selatan. Juga yang pernah penulis lihat di sebuah daerah di Kalimantan Tengah. Para peternak ayam cenderung membiarkan unggasnya berkeliaran dimana-mana pada siang hari. Bahkan tidak jarang mereka membiarkan begitu saja dengan tidak memberi makan apapun. Menjelas malam ayam-ayam ini akan berloncatan dan dengan sedikit kemampuan terbang yang ada menuju bagian atas suatu pohon yang daunnya dirasa rimbun. Untuk bisa menuju pohon, para pemilik ayam ini menyandarkan potongan bambu atau kayu pada pohon yang dimaksud. Potongan bambu atau kayu itulah yang nantinya digunakan ayam untuk memanjat menuju puncak pohon. Ayam-ayam itu akan bertengger di satu ranting yang dikehendaki dalam berbagai keadaan, termasuk ketika hujan deras terjadi.

Itulah cara primitif beternak ayam yang masih dilakukan sebagian peternak ayam. Mereka tidak memusingkan cara beternak ayam yang baik. Mereka juga tak merasa risau ayamnya berkeliaran dimana-mana dan sering mengganggu kenyamanan tetangga. Ayam-ayam itu membuang kotoran di teras rumah, masuk dapur, mengacak-acak tanaman, dan memakan kerupuk dan/atau bahan makanan yang dijemur karena mereka lapar.

Lantaran perlakuan tersebut, populasi ayam tersebut tidak bisa berkembang dengan baik. Ayamnya sering berkurang lantaran terserang penyakit dan kadang-kadang hilang yang mungkin karena dimangsa binatang liar.

Ayam pohon yang tertera pada foto di atas bertengger pada salah satu ranting tanaman buah "rambutan" setinggi sekitar empat meter.

Jumat, 18 Maret 2011

Profil Tanah--Andisol

Profil tanah yang dimaksud dalam gambar ini adalah profil tanah Andisol di kaki kompleks gunung Argowayang yang juga langsung bersambungan dengan kaki gunung Buthak--Kawi, tepatnya di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Nampak horison C dengan fragmen-fragmen batuan vulkanik mendominasi ketebalan profil tanas tersebut.

Rabu, 16 Maret 2011

Nelayan Kali Brantas

Nelayan adalah suatu aktifitas/pekerjaan menangkap ikan atau yang sejenis tanpa harus membudi-dayakannya di perairan darat maupun laut. Nelayan di perairan darat melakukan penangkapan ikan di sungai, danau, dan/atau rawa. Nelayan di perairan laut melakukan penangkapan ikan di laut, selat, teluk, dan samudera. Nelayan merupakan perwujudan dari bentuk interaksi manusia dengan lingkungan alamnya. Mengingat daerah perairan di sekitar penduduk tertentu banyak sekali ikan, maka di antara penduduk tersebut tertarik menekuni profesi sebagai penangkap ikan (nelayan) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Nelayan yang dimaksud dalam posting ini adalah nelayan kali (sungai) Brantas, kali terpenting dan terpanjang kedua di Jawa Timur. Aktifitas nelayan ini tepatnya berada di sisi luar bendungan Sengguruh, salah satu bendungan yang ada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Ada beberapa cara mereka menangkap ikan, di antaranya dengan menggunakan pancing, jala, dan jaring/pukat. Biasanya yang menggunakan jala dan jaring/pukat, mereka cenderung memakai perahu. Perahu tersebut dipakai untuk melakukan mobilitas dari suatu tempat ke tempat lain agar lebih efektif untuk memperoleh ikan tangkapan. Ikan tangkapan mereka adalah mujair, nila, gabus, udang, dan bahkan ada seorang pemancing yang menuturkan pernah memperoleh ikan louhan. Ikan hias impor yang pernah booming dan bisa berharga jutaan rupiah.

Selasa, 15 Maret 2011

Suweg

Tanaman yang tertera di latar depan foto ini nama daerahnya adalah suweg. Tanaman berumbi ini sebelum tumbuh dan membesar di permukaan tanah, didahului oleh munculnya bunga. Ya, bunga. Bunga yang menebarkan bau seperti bangkai. Bunga bangkai dari Jawa yang saya posting-kan sebelumnya. Setelah bunga itu layu dan memudar bau tak sedapnya, kemudian muncul tumbuhan yang sesungguhnya.

Batang semu tanaman tersebut akan layu pada saat musim kemarau datang. Saat itulah tanaman suweg akan memasuki masa dorman seperti keladi. Pada masa dorman itulah biasanya penduduk memanennya dan memanfaatkannya sebagai penganan.

Pada masa kecil saya penganan dari suweg ini cukup populer sebagai camilan. Masyarakat Jawa Tengah, Yogyakarta, dan masyarakat Jawa Timur sangat mengenalinya. Umbi yang kaya akan karbohidrat ini biasanya diolah menjadi makanan rebus yang kadang-kadang dihidangkan dengan ditaburi parutan kelapa muda. Bahkan sebagian orang merasa sudah kenyang bila memakan penganan suweg rebus tanpa harus makan nasi lagi. Kini tanaman ini semakin langka dan kurang diminati oleh generasi muda. Padahal suweg sebagai sumberdaya alam dari hasil pertanian hendaknya harus dipertahankan keberadaannya karena bisa berfungsi sebagai makanan alternatif makanan pokok pengganti beras.

Senin, 14 Maret 2011

Bungai Bangkai Jawa

Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia. Di antara keanekaragaman hayati itu berupa kekayaan taru (tumbuhan) yang salah satu di antaranya berupa bungai bangkai. Bunga yang menebarkan bau seperti bangkai ini yang paling dikenal dunia adalah bunga bangkai dari pulau Sumatera, yakni bunga Raflesia Arnoldi. Sebenarnya bunga bangkai tidak hanya tumbuh di pulau Sumatera, tetapi juga dapat ditemukan di pulau Jawa seperti yang tertera pada gambar di samping. Memang bunga bangkai dari Jawa ukurannya lebih kecil dibanding bunga bangkai yang berasal dari pulau Sumatera. Ukuran tinggi bunga bangkai dari Jawa ini sekitar 65cm. Namun demikian, keindahan bunga bangkai Jawa ini tidak kalah indah dibanding bunga sejenis yang ada di pulau Sumatera.

Bungai ini biasanya muncul pada awal musim penghujan, yakni pada bulan Oktober atau Nopember. Ketika mekar hanya bertahan sekitar tiga hari, kemudian secara berangsur-angsur akan layu dan mati.

Foto bunga bangkai tersebut saya ambil di sebuah pekarangan penduduk di Kabupaten Malang sekitar akhir Oktober tahun 2010.

Kamis, 06 Januari 2011

Lalat

Lalat merupakan binatang kecil yang termasuk dibenci manusia. Makhluk ini tidak pilih-pilih tempat/benda yang ingin dihinggapi. Tempat jorok maupun tempat bersih menjadi sasaran hinggapnya. Bau tidak sedap dan menjijikan menjadi sasaran hinggap kesukaannya. Lantaran itu lalat sering dicap sebagai biota pembawa berbagai penyakit. Terlebih lagi di kaki-kakinya tumbuh bulu-bulu halus yang bisa menempelkan bagian-bagian kecil dari sesuatu yang dihinggapinya. Belum lagi telapak kaki belakangnya yang melebar yang juga berfungsi sebagai penahan/penyengkeram sesuatu yang dihinggapinya. Tentu kaki-kaki itu akan cenderung membawa bagian tertentu dari sesuatu yang dihinggapinya. Seandainya yang dihinggapi itu bunga akan tidak menjadi masalah. Sebab yang akan terbawa adalah serbuk-serbuk sari yang justru membantu dalam proses pembuahan. Namun jika yang dihinggapi itu sesuatu yang jorok/kotor, maka yang akan menempel/terikut di kaki-kakinya adalah kotoran yang bisa jadi membawa bibit penyakit. Maka dari itulah lalat dibenci manusia.

Namun demikian menurut satu penuturan bahwa bagian dari lalat ini yang banyak mengandung penyakit adalah pada bagian kaki-kaki kirinya. Sedang bagian dari kaki-kaki kanannya merupakan penangkal dari penyakit. Jadi tempat obatnya. Menurut penuturan itu, jika misalnya air minum kita kejatuhan lalat dan air minum itu terpaksa kita minum maka sebelum diminum, lalat yang masuk ke dalam air itu dianjurkan untuk dibenamkan lalu dibuang, baru air itu diminum. Hal itu dilakukan karena untuk menetralisir penyakit yang ikut terbawa masuk dalam air minum itu. Apakah demikian adanya? Wallahu a'lam.

Selasa, 04 Januari 2011

Penambangan Batu Kapur

Pegunungan kapur merupakan gejala khas di daerah Karst. Daerah kapur ini tersusun dari batuan kapur (lime stone) dengan mineral penyusun utamanya adalah kalsium karbonat (CaCO3). Batuan kapur tergolong batuan sedimen yang dalam pembentukannya dipengaruhi oleh peranan organisme. Organisme yang dimaksud adalah organisme laut, yakni binatang karang. Dengan demikian daerah kapur itu sebelumnya merupakan laut. Daerah kapur sebagai batuan sedimen, biasanya kaya akan fosil.
Di pulau Jawa, khusunya di Jawa Timur, dikelompokkan menjadi tiga rangkaian pegunungan kapur. Pegunungan kapur tersebut adalah pegunungan Kapur Utara, pegunungan Kapur Tengah yang sering disebut pegunungan Kendeng, dan pegunungan Kidul (pegunungan Kapur Selatan).

Foto yang terpampang di atas adalah bagian kecil dari rangkaian pegunungan Kidul, tepatnya di daerah Malang Selatan. Gambar tersebut merupakan wujud pemanfaatan batuan kapur sebagai bahan galian. Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 1976 tentang Pertambangan, batu kapur sebagai bahan galian termasuk dalam bahan galian golongan C. Berdasarkan yang mengusahakan penambangan batuan kapur ini diusahakan oleh rakyat.

Dalam melakukan penambangan kapur, masyarakat setempat bekerja secara berkelompok antara tiga sampai sepuluh orang. Peralatan yang digunakannya hanya peralatan-peralatan sederhana, yakni cangkul, ganco, linggis, dan beberapa peralatan bantu lainnya. Biasanya mereka bekerja mulai dari pagi, sekitar pukul 8.00 sampai senja hari (sekitar pukul 17.00).

Walau dengan menggunakan alat sederhana dan seadanya, namun mereka mampu dan berani merobohkan batuan kapur yang terjal nan kokoh ini. Pelan tetapi pasti, bukit kapur berketinggian lebih dari 750m di atas permukaan laut ini roboh dan hancur. Apakah ada dampak ekologis? Jelas ada tentunya. Solum tanah yang relatif tipis (5cm-10cm) akan semakin mudah terkoyak dan yang tersisa adalah pemandangan yang gersang. Belum lagi dampak runtuhnya batuan kapur pada areal pertambangan.

Sebenarnya yang mereka cari adalah bongkahan-bongkahan batu kapur yang biasanya untuk pondasi bangunan atau untuk pengeras jalan, di samping kalau kualitas kapurnya bagus biasanya akan menjadi bahan mentah dalam industri gamping. Hasilnya tidak seberapa. Pendapatan mereka setiap hari berkisar sekitar Rp 30.000,- sampai Rp 75.000,-